(Berikut petikan tulisan dari blog Indonesia yang dikirimkan kepada saya untuk tatapan semua):-
Menarik apabila menyimak pemikiran Joseph E. Stiglitz dalam bukunya yang berjudul The Roaring Nineties: A New History of the World’s Most Prosperous Decade. Buku ini pada pokoknya berisi kritik terhadap cara kerja ekonomi pasar/ kapitalis melalui peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di Amerika Serikat (AS) pada tahun ‘90-an.
Pemenang Hadiah Nobel Ekonomi tahun 2001 yang pernah menjadi anggota Dewan Penasehat Ekonomi pada pemerintahan Presiden Bill Clinton (1995-1997) serta pernah menjabat sebagai Senior Vice President dan Chief Economist di World Bank (1997-2000) ini tanpa tedeng aling-aling membongkar borok-borok kebijakan kapitalis ala AS, yang tidak hanya berdampak pada AS tapi juga pada negara-negara berkembang, berdasarkan pengamatan dan pengalamannya. Dengan memaparkan visinya mengenai perimbangan peran antara pasar dan pemerintah, Stiglitz menunjukkan bahwa dengan tidak mencontoh apa yang sudah terjadi di AS, negara-negara lain bisa mencapai perekonomian yang lebih sehat serta tata masyarakat yang lebih adil dan berdaulat, sehingga warganya tidak menjadi bulan-bulanan belaka dalam persekongkolan antara dunia bisnis dan politik.
Politik HKI Amerika Serikat
Saya tertarik pada bagian buku yang membahas tentang upaya pemerintah AS dalam memperjuangkan hak kekayaan intelektual (HKI) pada setiap kesepakatan dagang internasional. Pada perundingan multilateral General Agreement on Tariffs and Trade, misalnya, atas desakan perusahaan-perusahaan farmasi di AS, pemerintah AS bersikeras agar perlindungan HKI diterapkan seketat mungkin. Perusahaan-perusahaan farmasi itu percaya bahwa makin ketat perlindungan HKI atas produk mereka, makin tinggi laba mereka, yang pada gilirannya akan memberikan pemasukan yang tinggi pula bagi pemerintah AS.
Stiglitz menentang langkah pemerintah AS itu karena kuatir bahwa perlindungan HKI yang ketat itu bisa mengakibatkan mahalnya harga obat di negara-negara berkembang, yang akan merugikan warga miskin yang jatuh sakit. Dia menganggap bahwa apabila kesepakatan mengenai perlindungan HKI yang diusulkan AS itu ditandatangani, maka sesungguhnya yang sedang ditandatangani adalah akta kematian ribuan orang di negara-negara berkembang yang akan kehilangan obat-obatan penyambung nyawa.
Dalam buku ini juga diungkapkan bahwa banyak pihak telah mengemukakan ironi bahwa selama pertumbuhan pesat ekonomi dan industrialisasi di AS pada abad ke-19, AS sendiri justru banyak digugat karena telah mencuri HKI dari Eropa. Stiglitz mengemukakan fakta bahwa warga non-AS tidak diberi perlindungan paten sampai tahun 1836. Setelah AS berhasil mencapai kemajuan dari pemanfaatan paten milik warga non-AS yang tidak terlindungi itu, sekarang malah AS berupaya sekeras mungkin melindungi paten milik warganya agar tidak dimanfaatkan oleh pihak lain.
Pada tahun ’90-an banyak muncul gugatan terhadap perusahaan-perusahaan AS atas dugaan pembajakan hayati (biopiracy) berkenaan dengan pendaftaran paten obat dan makanan tradisional dari negara-negara berkembang. Dengan paten ini, mereka mengenakan biaya kepada negara-negara berkembang atas pemanfaatan obat dan makanan tradisional yang sesungguhnya sudah dikenal dan dimanfaatkan di negara-negara berkembang itu sejak zaman dahulu kala.
Kasus yang paling terkenal berkaitan dengan biopiracy itu adalah kasus yang melibatkan Texas RiceTec, Inc., yang menerima paten atas galur dan biji padi basmati, yang selama berabad-abad telah ditanam oleh petani Punjab di wilayah India dan Pakistan. Dalam kasus ini, karena protes internasional, termasuk tekanan dari pemerintah India, akhirnya membuat perusahaan itu mencabut seluruh klaimnya atas paten yang diterimanya tersebut. Namun demikian, pertarungan hukum ini membutuhkan biaya besar, dan otomatis merugikan negara berkembang.
(Dapatkah Malaysia keluar dari ikatan sistem kapitalis Amerika kalau pemimpin negara ini adalah orang yang di bawah pengaruh Amerika atau dia yang hanya mengetahui atau tidak memiliki konsep ekonomi kecuali konsep ekonomi Amerika?.
Adakah kerajaan ini akan dapat menjadi negara bebas (mandiri ) dengan pemimpin yang menjadi calon IMF yang menjadikannya sumber ekonomi ketika gawat?. Atau kita perlu berani mengatakan TIDAK kepada semua yang datang dari Amerika termasuk orang yang didukung Amerika!!!. )
No comments:
Post a Comment